Rabu, 25 November 2015

Catatan Panjang Seni di Indonesia

Seni merupakan produk indah kreativitas manusia. Lahirnya sebuah karya seni kebanyakan diinisiasi oleh emosi dan ekspresi seseorang. Selain itu, para seniman juga menciptakan karya seni untuk mengungkapkan gagasan dan idenya mengenai suatu hal. Inilah mengapa begitu banyak karya seni yang lahir dari tangan-tangan para seniman dan kita tidak bisa menerapkan parameter penilaian yang sama untuk kesemuanya.
Sejarah seni di Indonesia membentangkan jalan panjang yang selalu menarik untuk ditapaki kembali. Setiap era yang pernah terjadi di Indonesia memberikan corak tersendiri yang berbeda dengan era-era lainnya. Sejarah panjang seni di Indonesia telah dimulai jauh sejak zaman prasejarah hingga zaman modern kini. Dan hingga kini, catatan panjang seni di Indonesia masih terus berkembang.

Seni lukis mulai berkembang di Indonesia sejak datangnya penjajah Belanda. Seni lukis termasuk dalam seni rupa, seni yang telah meluas di Indonesia sejak zaman prasejarah. Awalnya, aliran yang berkembang di Indonesia adalah romantisme, mengikuti pengaruh aliran dari Eropa Barat. Kemudian di era revolusi, pelukis Indonesia banyak yang beralih ke arah “kerakyatan”. Seniman saat itu, mengambil potret kehidupan sekitar sebagai obyek lukisan, termasuk potret masyarakat kelas bawah dan perjuangan melawan penjajah. Di saat itu pula, seniman Indonesia kebanyakan membuat karya-karya abstraks dalam bentuk-bentuk yang sederhana. Hal ini disebabkan oleh mahal dan langkanya alat lukis seperti cat dan kanvas.
Era ekspresionisme dimulai sebagai respon atas Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme. Pelukis pada tahun 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Aliran inilah yang berkembang luas di Indonesia hingga kini–era modern–yang diwarnai dengan menjamurnya seni lukis kontemporer, konsep, konvensional, dan alternatif.

Seni musik di Indonesia, pada masa Hindu-Budha, sering kali dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, beberapa bunyi-bunyian diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen yang digunakan masih sangat tradisional yang kebanyakan berasal dari alam. Selanjutnya, musik mulai diperdengarkan dalam kegiatan keistanaan, terutama di Jawa. Musik dari dunia timur juga masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Arab, sekaligus sebagai media penyebaran agama Islam.
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para penjajah ini memperkenalkan berbagai alat musik, seperti biola, cello, gitar, piano, flute. Masa perkembangan musik modern Indonesia dimulai. Sistem solmisasi mulai dikenal masyarakat Indonesia. Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia, berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B, mulai meluas. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia, termasuk alat-alat musiknya.
Secara keseluruhan, musik Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya musik tradisional, keroncong, dangdut, perjuangan, dan populer.

Seni tari di Indonesia mulai berkembang sejak abad ke-6 di zaman yang masih serba primitif. Perkembangan ini lagi-lagi diprakarsai oleh masuknya pengaruh Hindu, Budha, dan Islam. Di Jawa, perkembangan tari saat itu berpusat di Keraton. Berbagai tarian Jawa Klasik diciptakan sebagai iringan ritual kegiatan di istana.
Tarian nusantara terus mengalami perkembangan. Tarian yang dulunya hanya bisa dinikmati di dalam tembok Keraton, kini sudah meluas di masyarakat dan dipelajari oleh masyarakat umum. Tarian-tarian kreasi baru pun mulai bermunculan di tangan-tangan para seniman. Di era modern kini, tarian nusantara banyak dikombinasikan dengan tarian asing, sehingga muncullah tari kreasi kontemporer.
Beberapa seni yang dijabarkan di atas masih belum mencakup seluruh kekayaan seni Indonesia. Kekayaan seni Indonesia masih jauh di atas penjabaran tersebut. Ketiga seni yang dibahas di atas merupakan seni-seni yang paling populer di kalangan masyarakat, khususnya pemuda.
Sebagai pemuda Indonesia, mengetahui, mengerti, mengenali, mempelajari, dan menyebarluaskan seni Indonesia merupakan tugas utama. Seni juga merupakan bagian dari budaya Indonesia. Artinya, kalau tidak ingin kehilangan budaya Indonesia, jangan pernah mengabaikan seni Indonesia.
So, what art you doing? :)

Sumber:
http://3gplus.wordpress.com/2008/08/04/sejarah-seni-lukis-di-indonesia/
http://thejeo.blogspot.com/2011/03/sejarah-musik-indonesia.html
http://www.anneahira.com/tarian-nusantara.htm
http://padmanaba.or.id/catatan-panjang-seni-di-indonesia/

Bentuk-Bentuk Seni yang Berkembang di Indonesia

Bentuk-Bentuk Seni yang Berkembang di Indonesia - Indonesia memiliki kesenian yang luar biasa indahnya. Itu pun terdiri dari bermacam-macam bentuk kesenian. Cobalah perhatikan beberapa contoh kesenian berikut ini.
1. Seni Rupa
Beberapa jenis seni rupa yang berkembang di Indonesia antara lain.
a. Seni Lukis
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Akar seni lukis di Indonesia adalah kebudayaan Austronesia yang datang sekitar 5000 abad yang lalu. Bukti-bukti peningalan seni rupa bangsa Austronesia adalah lukisan gua yang ditemukan di beberapa situs di Papua, bagian barat Danau Sentani, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Lukisan-lukisan itu juga ditemukan di kepulauan Kai, Tanimbar, Babar, Leti, dan Seram. Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Makna atau maksud pembuatan lukisanlukisan tersebut ditafsirkan terkait dengan perkabungan, roh nenek moyang atau roh gaib. Seni lukis modern dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain itu, harga alat lukis modern sulit dicapai penduduk biasa. Salah seorang pelukis terkenal Indonesia pada era kolonial adalah Raden Saleh Bustaman Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah kerakyatan. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950-an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.
b. Seni Patung
Seni rupa bangsa Indonesia dalam bentuk patung berasal pada masa megalitik yang beberapa tradisinya masih bertahan hingga saat ini. Patung-patung pada masa prasejarah umumnya melambangkan kesuburan, nenek moyang, atau pendiri kerajaan. Beberapa contoh patung tradisional adalah patung leluhur dari Pulau Nias yang memiliki ciri-ciri naturalis, wajah yang cenderung persegi, hidung persegi, dan telinga seperti dayung. Di daerah Batak, yang paling terkemuka adalah pahatan kubur yang disebut Penunggang Batu, monumen kubur yang menggambarkan sosok sedang duduk menunggang kuda, gajah, singa, atau bentuk-bentuk gaib. Di Kalimantan, berbagai ragam dan daya khayal patung dihasilkan oleh masyarakat Dayak. Tujuannya memeringati masyarakat yang sudah meninggal atau upacara pengayuan. Sedangkan di papua, suku Asmat menghasilkan patung-patung sosok leluhur dan diletakkan di rumah adat yang disebut Tiang Mbis. Pada era modern saat ini, para pematung sudah bekerja dengan berbagai media atau bahan. Patung-patung yang dihasilkan merupakan sarana mengungkapkan gagasan yang bentuknya telah diperhitungkan. Fungsi patung:
  • Sebagai simbol.
  • Sebagai imitasi atau representasi bentuk asli.
  • Kristalisasi perasaan yang disebarkan.
  • Sebagai benda pendukung upacara religi.
c. Seni Kerajinan
Selain seni patung, seni rupa Indonesia juga menghasilkan seni kerajinan yang memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk kerajinan adalah seni anyam, tenun, tembikar, kerajinan kayu,hingga seni sesaji.
  1. Seni Anyam. Seni anyam merupakan kerajinan kesukuan yang umumnya dilakukan penduduk pedesaan di Indonesia. Kerajinan itu, telah menyatu dengan kegiatan keseharian masyarakat tradisional dalam menghasilkan barang keperluan sehari-hari. Seni mengayam tidak memerlukan peralatan yang rumit dan bahannya ditemukan berlimpah di desa.
  2. Tembikar. Indonesia memiliki kekayaan tradisi pembuatan tembikar sejak masa prasejarah. Tradisi itu telah memenuhi kebutuhan masyarakat atas perkakas sehari-hari dan benda-benda upacara. Desa tembikar tradisonal ditemukan di seluruh Indonesia kecuali di Papua.
  3. Kerajinan Kayu. Persediaan kayu yang melimpah di Indonesia sejak dahulu kala menyediakan bahan mentah bagi kerajinan kayu. Di antara barang-barang kerajinan kayu yang penting dalam kehidupan sehari-hari adalah perabot rumah tangga, benda penghias, dan benda pelengkap.
2. Seni Sastra
Indonesia dikenal sangat kaya akan seni sastra, baik tulisan maupun lisan. Hal ini karena Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa daerah masing-masing.
a. Seni Sastra Lisan
 Seni sastra lisan di Indonesia berkembang secara turun-temurun. Kebanyakan bercirikan menggunakan bahasa yang panjang lebar, pola dan susunan teksnya baku, serta ceritanya tersusun dari beragam peristiwa yang benar-benar terjadi, dongeng khayalan atau teks keagamaan. Masing-masing pencerita mempunyai keleluasaan di dalam menampilkan tradisi lisan. Bentuk seni sastra lisan yang berkembang di Indonesia, antara lain:
  1. Mitos atau Mite. Mitos merupakan seni sastra bersifat religius, namun memberi rasio pada kepercayaan dan praktik keagamaan. Masalah pokok yang diulas di dalam mitos adalah masalah kehidupan manusia, asal mula manusia dan makhluk hidup lain, sebab manusia di bumi, dan tujuan akhir hidup manusia. Fungsi mitos yaitu memberi penjelasan tentang alam semesta dan keteraturan hidup dan perilaku. Seni kerajinan apa yang berkembang di daerahmu? Mite yang hidup di Indonesia biasanya bercerita tentang proses terciptanya alam semesta (kosmogony), asal usul dan silsilah para dewa (theogony), pencitaan manusia pertama dan pembawa kebudayaan, asal usul makanan pokok (padi), dan sebagainya. Berikut salah satu mite yang hidup di Jawa. Konon, pada masa dahulu kala Pulau Jawa belum berpenghuni sehingga mudah terombang-ambing terkena ombak laut. Hanya Bathara Guru dan Bathari Parameswari yang berani menempatinya. Maka, agar Pulau Jawa menjadi tenang, Bathara Guru memanggil para dewa untuk datang ke Jambudwipa. Intinya mereka diperintah untuk memindahkan Gunung Mahameru ke Pulau Jawa untuk dijadikan pasak. Para dewa pun bergotong royong mengangkat gunung tersebut. Bathara Wisnu berubah menjadi tali untuk mengikat dan Bathara Brahma menjadi kura-kura untuk kendaraannya. 
  2. Legenda. Legenda merupakan cerita yang bersifat semihistoris mengenai pahlawan, terciptanya adat, perpindahan penduduk, dan selalu berisi percampuran antara fakta dan supernatural. Legenda tidak banyak mengandung masalah, namun lebih kompleks dari mitos. Fungsinya antara lain memberi pelajaran, ajaran moral, meningkatkan rasa bangga terhadap suku bangsa atau moyangnya. Suatu legenda yang lebih panjang berbentuk puisi atau prosa ritmis dikenal dengan epik.
  3. Epik. Epik merupakan cerita lisan yang panjang, kadangkadang dalam bentuk puisi atau prosa ritmis yang menceritakan perbuatan-perbuatan besar dalam kehidupan orang yang sebenarnya atau yang ada dalam legenda.
  4. Dongeng. Dongeng merupakan suatu cerita yang tidak nyata dan tidak historis yang fungsinya  untuk memberi hiburan dan memberi pelajaran atau nasihat.
Nah, kamu telah mengetahui bentuk-bentuk seni sastra lisan di Indonesia. Berikut ini adalah contoh-contoh seni sastra lisan yang hidup di Indonesia.
  • Pantun Sunda. Seni sastra lisan ini merupakan penceritaan bersyair orang Sunda (Jawa Barat) dengan diiringi oleh musik kecapi. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum atau sesudah upacara tradisional misalnya pernikahan dan merupakan hiburan tunggal. Juru pantunmenyanyi sesuai irama kecapi yang ia petik dalam skala pentatonik(lima nada). Kecapi Sunda itu biasanya berbentuk perahu dengan 18 senar. Pantun Sunda biasanya berisi kisah cerita dari masa Kerajaan Hindu Pajajaran. Cerita ditampilkan secara bersamaan antara percakapan dan nyanyian. Salah satu pantun Sunda yang terkenal adalah Lutung Kasarung, syairnya terdiri atas 1.000 baris dan berasal dari abad XV. Semula, tradisi ini disampaikan oleh pendongeng profesional yang berkelana dari desa ke desa. Maksudnya untuk mengajarkan kepercayaan agama, sejarah, mitologi, sopan santun, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, tradisi ini berubah menjadi cerita anakanak.
  • Rabab Pariaman. Tradisi pertunjukan lisan ini berasal dari Sumatra Barat. Tukang rabab dengan ciri dialek Pariaman. Tradisi ini biasa dipertunjukkan pada pesta perkawinan, perayaan nagari, pesta pengangkatan penghulu, dan lain-lain. Cerita yang disampaikan berisi perjuangan untuk mencapai keberhasilan hidup. Tokoh dalam cerita itu menghadapi kesulitan dalam mencapai keberhasilan, kemudian mendapat tanggapan dari penonton.
  • Makyong. Tradisi ini semula berasal dari Pattani, Muangthai, namun berkembang ke selatan hingga pesisir Melayu. Makyong merupakan pertunjukan teater di mana unsur-unsur drama, tari, musik, mimik, dan sebagainya tergabung menjadi satu. Semula, tradisi ini dipertunjukkan di kalangan atas Istana Kelantan dan Riau Lingga hingga tahun 1700-an. Fungsinya bukan untuk menghibur tetapi penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sultan dan istrinya dianggap wakil Tuhan, maka makyongdianggap persembahan kepada Tuhan. Dalam perkembangannya, makyongberubah menjadi pertunjukan desa sebagai hiburan atau upacara penyembuhan. Kisah yang dimainkan sebagian besar berasal dari warisan cerita-cerita istana kerajaan Melayu, biasanya berbentuk prosa tanpa naskah. Makyongantara lain terdiri atas punakawan (pengasuh) yang mengenakan topeng, wak petanda(ahli pembintangan atau orang bijak), serta para pemain yang semua diperankan oleh kaum perempuan. Salah satu kisah yang paling disukai dalam tradisi makyongadalah dewa muda.
  • Wayang Kulit dan Wayang Beber. Tradisi ini merupakan tradisi lisan yang lakonnya bersumber dari legenda serta kisah lisan sastra tulis atas tradisi India dan Jawa. Wayang kulit dan wayang beber bisa ditemukan di Jawa, Bali, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat. Tradisi wayang berbentuk teater boneka dengan menggunakan layar (kelir), gamelan, dan 400-an wayang. Hidup tidaknya pertunjukan ini ditentukan oleh dalang, karena dialah yang menguasai pertunjukan.
b. Seni Sastra Tulisan
Seni sastra tulisan Indonesia menurut periodisasinya digolongkan menjadi:
  1. Pujangga Lama. Karya sastra Pujangga Lama di Indonesia dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri atas 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna). Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Beberapa karya sastra pada masa pujangga lama diantaranya Hikayat Abdullah, Hikayat Andaken Penurat, dan Hikayat Bayan Budiman.
  2. Sastra Melayu Lama. Merupakan karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870–1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatra lainnya, Cina dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Beberapa contoh karya sastra Melayu lama yaitu Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh A.F van Dewall, Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe, Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan, Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lain
  3. Angkatan Balai Pustaka. Karya sastra angkatan Balai Pustaka muncul di Indonesia sejak tahun 1920–1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa MelayuTinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Contoh karya sastra angkatan Balai Pustaka antara lain Azab dan Sengsara, Seorang Gadis oleh Merari Siregar, Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati, dan Siti Nurbaya oleh Marah Rusli.
  4. Pujangga Baru. Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia. Pada masa itu, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra Pujangga Baru di antaranya Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Belenggu oleh Armijn Pane.
  5. Angkatan ’45. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Misalnya, Surat Cinta Enday Rasidin, Simphoni oleh Subagio Sastrowardojo, dan Balada Orangorang Tercinta oleh W.S.Rendra
  6. Angkatan 66-70-an. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastranya. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hurip, Sutardji Calzoum Bachri, dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.Jassin. Seorang sastrawan pada angkatan 50–60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya. Karya Sastra Angkatan ‘66 di antaranya Amuk, Kapak, Laut Belum Pasang, Meditasi, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Tergantung Pada Angin, Dukamu Abadi, Aquarium, Mata Pisau dan Perahu Kertas.
  7. Angkatan 80-an. Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa Makna Pujangga atau Bujangga adalah pemimpin agama atau pendeta. Tetapi, makna pujangga dalam pujangga baru adalah ”pencipta”. sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, dan Kurniawan Junaidi. Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80 antara lain Badai Pasti Berlalu, Cintaku di Kampus Biru, Sajak Sikat Gigi, Arjuna Mencari Cinta, Manusia Kamar, dan Karmila. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novelnovel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih “berat”. Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
  8. Angkatan 2000-an. Sastrawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kisah novel fiksi. Apakah kamu mengenal Ayu Utami dengan karyanya Saman? Sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung.
Seni Pertunjukan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern atau yang muncul belakangan ini. Bila dilihat dari perkembangannya di Indonesia maka akan terlihat bahwa seni pertunjukan tradisional kalah berkembang dengan seni pertunjukan modern. Bila tidak diantisipasi dengan baik bukan tidak mungkin seni pertunjukan tradisional tersebut akan hilang.
  • Teater Rakyat atau Teater Tradisional. Di wilayah Indonesia, kita kenal berbagai jenis  senipertunjukan yang lazim disebut ’teater tradisional’ (telah mentradisi), ’teater rakyat’ (karena merakyat) atau ’teater daerah’ (berciri khas daerah). Secara konvensional, yang dimaksud teater daerah terbatas pada seni pertunjukan yang memiliki ciri khas daerah tertentu. Beberapa contoh jenis teater rakyat, teater daerah, atau teater tradisional di Indonesia antara lain Bangsawan (Sumatra Utara), Randai (Sumatra Barat), Dermuluk (Sumatra Selatan), Makyong, Mendu (Riau, Kalimantan Barat), Mamanda (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Ubrug, Longser, Bonjet (Jawa Barat), Lenong, Topeng, Blantik (Batawi), Mansres (Indramayu), Sintren (Cirebon), Kethoprak (Yogya, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur), Wayang (Kulit atau Purwa, Orang, Topeng, Golek, Sungging, Gedog, Kidang Kencana, Menak; Klitik atau Krucil, Kulit Perjuangan, Kulit Kancil, Potehi, Cina, atau Thithi, Beber, Madya, Tasripin, Suluh, Wahana, Pancasila, Wahyu) tersebar hampir di seluruh Jawa, Dadung Awuk (Yogya), serta Kuda Lumping(Yogya, Solo, Jawa Tengah).
  • Seni Pertunjukan Modern. Seni pertunjukan modern tidak kalah beragam dari seni pertunjukan tradisional, bahkan ada kecenderungan bahwa seni pertunjukan modern telah menggusur tempat seni pertunjukan tradisional di hati masyarakat. Misalnya saja, teater, opera, film, sinetron, telenovela dan beragam acara yang ditayangkan di televisi lainnya. Inilah yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi informasi dengan berkuasanya media elektronik yang tidak mengharuskan pemirsa untuk mendatangi tempat pertunjukan secara langsung. Jumlah pemirsa atau audienceyang dirangkum pun relatif lebih banyak apabila melalui media televisi.
  • Seni Tari. Nah, ternyata seni pertunjukan di Indonesia sangat banyak jenisnya. Bagaimana dengan seni tari ? Tentunya kamu juga setuju bahwa Indonesia merupakan surganya seni tradisional, termasuk seni tari. Tari merupakan gerak tubuh yang berkesinambungan melewati ruang yang telah ditentukan dengan ritme tertentu yang dilakukan secara sadar.
Perkembangan seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Perkembangan seni tari Indonesia terbagi atas beberapa periode sebagai berikut.
  • Zaman Pra Sejarah. Bentuk-bentuk seni pertunjukan pada masa prasejarah masih banyak terdapat di daerah pedalaman yang terpencil yang diwarnai oleh kepercayaan animisme. Sisa-sisa pertunjukan yang berbau animisme, penyembahan nenek moyang dan binatang totem, masih bisa dijumpai di Papua, pedalaman Kalimantan, pedalaman Sumatra, pedalaman Sulawesi, beberapa daerah di Bali yang disebut Bali Aga atau Bali Mula, seperti Trunyan dan Tenganan, serta di Jawa. Perwujudan tari pada masa itu diduga merupakan refleksi dari satu kebulatan kehidupan masyarakat agraris yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, dan norma kehidupannya secara turun-temurun.
  • Masa Kerajaan. Masa kerajaan ini ditandai oleh masuknya pengaruh luar sebagai unsur asing antara lain kebudayaan Cina, HinduBuddha, Islam, dan Barat. Pengaruh kebudayaan Cina kurang mendapat perhatian oleh para peneliti, karena kemungkinan dasar kepercayaan yang hampir sama dengan masyarakat pribumi, yaitu percaya kepada roh-roh leluhur, sehingga kurang begitu nyata pada perubahan sistem kemasyarakatannya. Adegan pengaruh Hindu-Buddha sangat nyata pada stratifikasi sosial yang hierarkis yang ditandai dengan adanya sistem kelas sosial, yaitu masyarakat adat atau rakyat dan masyarakat bangsawan atau istana. Dengan adanya dua kelas sosial ini maka  muncul dua wajah tari yang disebut tari rakyat dan tari istana atau tari klasik.Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti Wayang wongdan Bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Namun selanjutnya Wayang wonglebih berkembang di Keraton Yogyakarta, sedangkan Bedhaya ketawangberkembang di Keraton Surakarta. Pengaruh kebudayaan Islam lebih berkembang di Sumatra. Cerita-cerita yang dibawakan lewat hafalan dan nyanyian selalu menonjolkan warna Islam secara jelas, contohnya tari Shaman di Aceh. Tarian ini mengutamakan gerakan dan tepukan tangan pada badan penari yang dilakukan sambil duduk dengan diiringi vokal yang mendendangkan syair keagamaan. Selain itu, pengaruh Islam tampak pula pada tari-tarian di Sumatra Barat, Minangkabau. Ciri khas tarian di Minangkabau banyak mengolah gerak-gerak beladiri seperti pencak silat. Di daerah pantai Kalimantan terdapat tarian yang menitikberatkan pada langkah kaki seperti tari-tarian Melayu.
  • Masa Pasca Kerajaan hingga Sekarang. Masa pasca kerajaan terdapat situasi yang cukup menonjol dalam bidang kesenian yang disebabkan oleh perubahan masyarakat yang agraris-feodal menuju masyarakat negara kesatuan atau Republik Indonesia yang modern. Kecepatan perubahan tersebut didukung pula oleh media massa elektronik, seperti televisi. Modernisasi sangat berkepentingan dengan kecepatan waktu, sehingga situasi ini menimbulkan seni yang bersifat populer atau seni massa. Gagasan ”ke-nasional-an” ini muncul berhubungan dengan pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh para nasionalis. Ternyata gagasan ini berpengaruh pula pada bidang kesenian. Jika dalam seni musik gagasan ini dituangkan pada pengambilan unsurunsur asing (barat) yang di luar konteks Indonesia. Dalam seni Pengaruh kebudayaan India (atau Hindu/Buddha) semula berlangsung di Kalimantan dan Sumatra, tetapi proses akulturasi sangat kuat di Jawa dan Bali tari, gagasan ini dituangkan dengan jalan, antara lain, penembusan secara sengaja atas batas-batas kesukuan (etnik), penyederhanaan tari-tari tradisional yang sudah mapan, dan ramuan unsur-unsur tari berbagai daerah di Indonesia. Gagasan ini mendorong saling kenalan budaya antar wilayah etnik. Pada saat ini mulai terjadi pengkemasan tarian etnik menjadi tari dengan pola gerak standar yang secara artistik dapat memenuhi kriteria tontonan. Pada saat ini pula terjadi persentuhan dengan kecepatan waktu.Tari-tarian yang mulai menembus wilayah etniknya antara lain, tari Jawa, tari Bali, dan tari Minangkabau.[gs]
 http://www.gurusejarah.com/2015/08/bentuk-bentuk-seni-yang-berkembang-di.html

Rabu, 18 November 2015

5 Tarian Khas Betawi

5 Tarian Khas Betawi belindomag.nl
Jakarta memiliki cukup banyak tarian tradisional yang hidup dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat aslinya, yakni masyarakat Betawi. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, Cina, Portugis, India, dsb. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Di bawah ini ada lima jenis tarian Jakarta yang paling populer untuk Anda ketahui.
1. Tari Topeng Betawi
Tari Topeng cukup lama dikenal dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini merupakan paduan aspek tari, musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan.
2. Tari Yapong
Tari Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya, ya”  dan alunan musik yang berbunyi “pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira sehingga sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.
3. Tari Cokek
Tarian khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cina cukin yang berarti selendang yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul yang dinamis.
4. Tari Lenggang Nyai
Tari Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.
5. Tari Japin
Tarian ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.

 selengkapnya : http://belindomag.nl/id/seni-budaya/5-tarian-khas-betawi

16 Tarian Tradisional Sumatera Barat

Tarian Tradisional Sumatera Barat pada umumnya dipengaruhi oleh etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Seni Tari Tradisional Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh etnis Minangkabau memiliki kekhasan yang dipengaruhi agama Islam. Selain itu kebiasaan masyarakat Minangkau yang suka merantau dan keunikan adat matrilineal juga turut mempengaruhi tarian yang bercirikan adat Minangkabau ini. Beberapa Seni Tari adat Minangkabau antara lain Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan Tari Indang.

Sedangkan kekhasan tari yang dipengaruhi adat Mentawai disebut dengan turuk langgai yaitu seni tari yang menceritakan tentang tingkah laku hewan, sehingga judul tariannyapun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut. Contohnya tari burung elang, tari monyet, tari ayam dan tari ular.

Berikut ini 16 tarian tradisional Sumatera Barat beserta penjelasannya :

1. Tari Tradisional Sumatera Barat - Tari Pasambahan Minang


Tari Pasambahan Minang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang ditujukan untuk menyambut kedatangan tamu yaitu sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu yang datang. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan saat menyambut tamu dan saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Setelah Tari Pasambahan kemudian dilanjutkan dengan suguhan Daun Sirih dalam Carano kepada Sang tamu, sedangkan pada acara penyambutan pengantin pria, Daun sirih dalam Carano disuguhkan kepada pengantin pria sebagai wakil rombongan dan juga kepada kedua orangtua pengantin pria.


Pada saat ini tari Pasambahan Minang tidak hanya ditampilkan untuk menyambut tamu saja, akan tetapi kerap kali dipertunjukan pada pementasan seni dan budaya Sumatera Barat.




Berikut ini adalah video tari tradisional Sumatera Barat yaitu Tari Pasambahan Minang yang diambil dari youtube.com



2. Tari Tradisional Sumatera Barat - Tari Piring


Tari Piring atau disebut tari piriang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang berasal dari Solok Sumatera Barat. Tari Piring masih terus lestari hingga sampai saat ini. Tarian piring memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh berbagai alat musik tradisional Sumatera Barat seperti talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan pecahan piring yang dilontar ke tanah akan dipijak oleh penari-penari tersebut.

Tari piring pada awalnya merupakan tarian ritual yang dilakukan oleh masyarakat Solok sebagai rasa syukur kepada para dewa akan hasil panen yang melimpah ruah. Tarian ini menggunakan media piring yang diisi dengan berbagai sesaji. Namun ketika agama islam masuk ke Mingangkabau, tari piring tidak lagi menjadi acara ritual, akan tetapi tarian ini berubah menjadi sara hiburan dan kesenian daerah.

3. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Payung


Tari payung merupakan tarian tradisional dari Sumatera Barat yang menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi kekasih tersebut dengan payungnya.Tari payung memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musik yang mengiringi tari payung ini sangat dinamis. Tari payung biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.


4. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Indang Minangkabau


Pengertian Tari Indang adalah salah satu kesenian anak nagari wilayah Pesisir Minangkabau khususnya di Pariaman yang sudah berkembang sejak abad ke 13 seiring dengan masuknya agama Islam ke Minangkabau. Awalnya Kesenian ini dimainkan oleh 13 orang penari plus 1 orang tukang dzikir dan syair yang berisi pujian terhadap nabi (Shalawat Nabi), pemain memainkan alat musik tambourin mini yang disebut dengan rapai. Tari indang pada awalnya digunakan sebagi media dakwah yang biasanya dimainkan pada malam hari dan pada peringatan hari-hari besar islam serta pada acara besar lainnya sepeti penyambutan tamu, pengankatan pejabat dll.
Tokoh yang memperkenalkan sekaligus pembuat gerakan tari indang Rafa’i beliau adalah salah seorang pengikut syaikh Burhanuddin seorang ulama dan tokoh penyebaran islam daerah sumatera barat, Sejarah Tari Indang Tari indang tidak seperti seni tari pada umumnya, tari Indang tidak menonjolkan gerakan tubuh yang penari dalam pertunjukannya. Karena pada dasarnya tari Indang adalah salah satu bentuk sastra lisan dan media dakwah yang dalam penyampaiaannya lebih mengedepankan permainan rebana dan dendangan syair - syair yang biasanya bernafaskan Islam.


Tari indang Minangkabau ini juga disebut dengan tari badindin.

5. Tarian Tradisional Sumatara Barat - Tari Lilin


Tari Lilin adalah tarian tradisional Sumatera Barat. Tari lilin ini merupakan tarian istana pada zaman dahulu yang dilakukan pada malam hari. Para penari yang melakukan tarian lilin terdiri dari beberapa orang yang menggunakan piring kecil yang berisi lilin menyala ditangannya. Tari lilin selalu diiringin oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi. Tari lilin dilakukan dengan sangat hati-hati, agar piring yang ada ditangan tidak jatuh serta lilin yang ada dalam piring tersebut tidak mati.




6. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Tempurung



Tari Tempurung adalah tarian yang menggunakan tempurung sebagai properti tariannya, dikenal sekitar tahun 1952 oleh Ali Muhammad, sekitar tahun 1970 hingga 1980 tari Tempurung dikenal sampai ke Nagari Ayei Dingin Padang Sibusuk, tetapi pada tahun 1990 sampai sekarang tari Tempurung sudah jarang ditarikan oleh masyarakat di Kanagarian Batu Manjulur. Fungsi tari Tempurung sebagai hiburan bagi masyarakat Batu Manjulur dan sebagai media komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat Batu Manjulur. Busana khas Minangkabau yang berwarna hitam digunakan sebagai tata busana tari Tempurung. Tari Tempurung saat ini kurang eksis di masyarakat Kanagarian Batu Manjulur, faktor penyebabnya adalah kurang minatnya generasi muda untuk mempelajari tari tradisional karena tari Tempurung yang monoton dari segi gerak dan musik pengiringnya.


7. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Randai


Randai adalah seni pertunjukan teater khas Minangkabau yang merupakan gabungan dari seni peran, seni tari, seni musik dan seni beladiri.

Pertunjukan randai ini diadakan di lapangan terbuka di kampung hampir di seluruh nagari di kabupaten Solok dan juga Sumatera Barat. Pemain Randai tergabung dalam kelompok seni Randai yang anggotanya terdiri dari anak anak dan orang dewasa. Pada Kelompok Randai zaman dahulu tidak ada anggota randai wanita, sehingga untuk memerankan seorang wanita salah seorang anggota randai didandani mirip wanita. Pemain pemeran wanita ini disebut bujang gadih. Seiring perkembangan zaman, sekarang sudah banyak kelompok randai yang memiliki anggota wanita.

8. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Alang Babega Minangkabau


Tari Alang Babega Minangkabau adalah  salah satu tarian Khas minangkabau yang dipengaruhi etnis Mentawai. Tarian ini menggambarkan burung elang yang melayang layang diudara dengan mengepakkan sayapnya untuk mencari mangsa, kemudian menukik dan menyambar ayam.

9. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Sabalah Sumatera Barat


Tari Sabalah adalah tarian yang menggambarkan martabat kaum wanita di Sumatera Barat.

10. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Gelombang

Tari galombang adalah salah satu tari tradisional Minangkabau yang hampir dimiliki oleh setiap negeri. Tarian ini selalu ditampilkan pada upacara penyambutan tetamu yang dihormati seperti Ketua adat atau Penghulu, Guru Silat, dan Penganten.

Dalam bentuk dua baris berbanjar ke belakang, tarian aslinya ditarikan oleh puluhan lelaki, ada yang bentuknya menghadap kepada tetamu satu arah sahaja, dan ada pula yang dua arah. Istilah dalam tari ini pun bermacam-macam pula, seperti bagalombang (menarikan galombang), galombang duo baleh Tari yang ditarikan 12 orang), galombang manyongsong (dalam bentuk satu arah) , dan galombang balawanan (dalam bentuk dua arah dari pihak tuan rumah dan dari pihak tetamu).

Pergerakan tarian yang berawal dari aktivitas silat tersebut tercipta dari bentuk variasi gerak yang bentuknya seperti gelombang laut. Kemudian dengan mempergunakan olahan ritma, ruang, dan tenaga, maka terbentuklah pergerakan tari yang indah. Keindahannya jelas terlihat jika semua penari serempak bergerak tinggi kemudian merendah, sambil maju dan mundur dengan perlahan, seperti gelombang air laut.

11. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Ambek Ambek Koto Anau

Tari Ambek-Ambek berawal dari tingkah laku anak-anak yang bermain, bergelut, atau bercanda pura-pura berkelahi dengan menggunakan gerakan pencak atau merupakan olah gerak dan rasa sebagai satu bentuk materi permainan anak nagari. tari Ambek-Ambek adalah tari tradisi Koto Anau.

12. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Kain Paisia Selatan

Tari Kain berasala dari Pasisia Salatan atau Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Sebuah tarian dari wilayan kepulauan kepulauan

13. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari barabah

Tari Barabah adalah tarian tradisional Sumatera Barat yang ditampilkan oleh putra dan putri secara berpasangan menampilkan gerak bunga silat dengan Ketepatan melakukan teknik-teknik gerak tubuh, tangan, kaki, kepala dan ekspresi wajah.

14. Tarian Tradisional Sumatera Barat -

Tari Rancak Di Nan Jombang Sumatera Barat
Tarian ini berasal dari Sumatera Barat. Nama tarian tersebut berasal dari kata "Rancak" atau cantik dan "di nan Jombang" atau Gagah


15. Tarian Tradisional Sumatera Barat -

Tari ini menggambarkan keteguhan hati masyarakat Bawean dalam iman Agama Islam yang merupakan agama anutan masyarakat seluruh Bawean. Syair dan geraknya menggambar kecintaan pada Sang Khaliq Allah SWT dan kekasih hati utama Rasul Nabi Akhiruzzaman Muhammad SAW sang pembawa kebenaran.

16. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Panen


Tari Panen Yaitu tari yang menggambarkan kehidupan petani, mulai dari mencangkul, membajak, dan memanen

10 Tari Tradisional dari Jawa Barat

Jawa Barat memiliki beragam kesenian pertunjukan yang perlu kita kenal dan bersama-sama kita lestarikan agar tidak musnah tergerus oleh budaya-budaya barat yang belum tentu sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.
Salah satu kesenian yang dimiliki oleh Jawa Barat adalah seni tari tradisional. Beragam seni tari berkembang di masyarakat Jawa Barat. Sebagian dari pertunjukan tari tradisional tersebut memang merupakan warisan seni dan tradisi secara turun temurun, ada pula tari tradisional Jawa Barat yang merupakan sebuah karya cipta dan kreatifitas pelaku seni. 
Sebagai provinsi penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki pertumbuhan industri yang cepat, Jawa Barat berpotensi untuk kehilangan jati diri dan beragam kesenian termasuk seni tari tradisional. Oleh sebab itu, semoga catatan pada artikel ini bisa mengingatkan kita, bahwa kita memiliki budaya dan kesenian yang perlu dipertahankan. Beberapa tari tradisional dari Jawa Barat yang berhasil kami himpun antara lain :

1. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Topeng Cirebon


Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan Cirebon. Disebut dari topeng karena para penarinya menggunakan topeng saat beraksi. Pada pertunjukan tari topeng Cirebon ini, penarinya disebut sebagai dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan tari topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari tari topeng menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.

Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini telah berkembang dan menyebar di daerah daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Perkembangan tari topeng tersebut menyebabkan munculnya berbagai variasi dan gaya tari topeng yang akan dibahas tersendiri dimasa mendatang.


2. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Merak


Tari merak dari Jawa Barat ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.

Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak.

 3. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Wayang


Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Disebut tari wayang karena para penari mengenakan kostum dan melakukan gerak tari yang menggambarkan tokoh / karakter wayang yang dikenal masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada saat pertunjukan wayang orang, namun pada perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni terse

Tari Wayang dapat dimainkan secara tunggal, berpasangan maupun masal. Sedangkan karakter yang dimainkan oleh pemain terdiri dari beragam karakter pria dan wanita.  Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi. Sedangkan karakter tari pria terdiri dari : Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu. Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca. 

4. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk tilu merupakan tarian tradisi Jawa Barat khususnya wilayah Priyangan, Bogor dan Purwakarta. Pertunjukan tari Ketuk Tilu terdiri dari penari wanita yang biasa disebut ronggeng dan nayaga sebagai pengiring musik.
Pertunjukan ketuk tilu biasanya dilakukan diarea terbuka baik didalam maupun diluar ruangan, ronggeng biasanya akan menari mengitari lampu yang berkaki (sunda = obor).
Pada pertunjukan Ketuk Tilu pertama dilakukan tatalu (membunyikan alat musik) dengan tujuan untuk memanggil penonton. Setelah para penonton banyak pertunjukan akan diawali dengan tari pembuka, yaitu para penari wanita (Ronggeng) memasuki gelanggang, menari bersama mengitari lampu oncor, gerakan tarinya disebut jajangkungan dan wawayangan dan gerakannya sudah ditata terlebih dahulu, dengan tempo irama lambat.
Setelah tarian pembuka baru dilakukan tari bersama antara ronggeng dan penonton laki-laki, dan acara puncak disebut dengan parembut ronggeng. Dalam acara tersebut para penonton berebut untuk menari dengan ronggeng pilihan mereka.

5. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Jaipong

Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah Jawa Barat.

6. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Keurseus


Tari Keurseus merupakan tarian tradisional Jawa Barat yang disusun oleh R. Sambas Wirakoesoemah, lurah Rancaekek (Bandung) tahun 1915-1920 dan 1926-1935. Beliau adalah putra Nyi Raden Ratnamirah dan Raden Mintapradjakoesoemah, wedana Tanjungsari, Sumedang.

Pada awalnya dikenal tari tayub/tayuban yaitu tarian yang dilakukan oleh para menak (pejabat). Pada tahun 1905-1913, Wirakoesoemah belajar tari kepada Uwanya, Rd. Hj. Koesoemaningroem, penari di Kabupaten Sumedang dan ia juga belajar pada Sentana (Wentar), pengamen Topeng dari Palimanan, Cirebon tahun 1914. Dari bekal belajar tari itu, kemudian ia menyusun dan merapikan tari Tayub yang pada masanya sering dilakukan oleh para penari yang sudah dipengaruhi oleh minuman keras dan menari tanpa ada gerakan dasar. Dengan tujuan untuk menata budi para menak maka R.Sambas Wirakoesoemah mendirikan perguruan tari.

Perguruan tarinya diberi nama Wirahmasari yang didirikan tahun 1920 di Rancaekek dengan murid-muridnya yang kebanyakan berasal dari kalangan menak yang kemudian menyebarkannya ke seluruh Tatar Sunda. Pelajaran yang diajarkan secara sistematis pada murid muridnya dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Cursus. Dalam lafal sunda menjadi Keurseus, sehingga tari yang diajarkan di Wirahmasari ini kemudian dikenal dengan nama Tari Keurseus.

7. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Buyung

 Tari buyung adalah tarian tradisional Jawa Barat yang biasanya dilakukan pada acara puncak pada upacara seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa Barat. Tarian ini merupakan kreasi dari Emalia Djatikusumah, istri dari Pangeran Djatikusumah salah seorang sesepuh adat. 
Tarian ini menggambarkan para gadis desa yang mandi dan mengambil air bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan menggunakan buyung (tempat air dari logam/tanah liat)

8. Tari Tradisional Jawa Barat - Ronggeng Bugis

Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi adalah salah satu tari tradisional yang bersifat komedi dari Cirebon. Tarian ini bersifat komedi karena dimainkan oleh penari laki-laki sebanyak 12 - 20 orang dengan dandanan dan gaya menari layaknya perempuan. Namun jangan salah  walaupun bergaya wanita, makeup yang dipergunakan oleh penari tidak kelihatan cantik justru bisa dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.

Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan Pajajaran. Waditra / pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan tari telik sandi / ronggeng bugis ini adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat  antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek.

9. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Sintren

Tari Sintren adalah tarian tradisional masyarakat Jawa khususnya Cirebon Jawa Barat. Tari ini juga disebut dengan lais yaitu bentuk tari-tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan memutari kurungan ayam itu sembari merapalkan mantra memanggil ruh Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi Lanjar berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending

10. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Sampiung

Tari Sampiung adalah tari tradisional Jawa Barat pada zaman dahulu yang dipertunjukan sebagai kelengkapan upacara hari-hari penting seperti Seren Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya kenegaraan seperti pada perayaan Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Asal mula nama Tari Sampiung karena lagu pengiringnya berjudul Sampiung. Kadang disebut juga Tari Ngekngek, karena waditra pengiringnya adalah Tarawangsa (alat Gesek, seperti Rebab) yang biasa disebut Ngekngek. Sebagian orang menyebutnya Tari Jentreng, karena salah satu waditra pengiringnya adalah Jentreng, yaitu alat petik berupa kacapi dengan ukuran kecil, yang juga biasa dipinjam namanya untuk nama tarian yang ditampilkan.

Tarian Tradisional Jawa Timur



Tarian Tradisional Jawa Timur – Jawa Timur merupakan wilayah pulau jawa bagian timur yang juga memiliki budaya daerah yang unik. Walaupun sama dalam kepulauan jawa tetapi budaya antara Jawa Barat , Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat berbeda. Begitu juga dengan Tarian Tradisional yang telah di wariskan oleh nenek moyang setiap wilayah juga mengalami perbedaan.
Berikut ini berbagai macam Tarian Tradisional dari Jawa Timur yang harus kita lestarikan agar warisan budaya yang diberikan leluhur kita tetap terjaga. tapi sebelum membaca  Tarian Tradisional Jawa Timur, ada baiknya anda juga mengenal Tarian Tradisional Jawa Barat dengan Tarian Tradisional Jawa Tengah yang telah kami share sebelumnya, biar lebih afdol.

Macam-Macam Tarian Tradisional Jawa Timur

Tari Reog Ponorogo
tarian reog ponorogo
tarian reog ponorogo
Tari yang pernah di klaim oleh negara sebelah ini sangat identik dengan masyarakat ponorogo. Tari Reog Ponorogo merupakan tarian yang sangat menguras tenaga karena harus mengangkat sebuah reog yang sangat berat, bila orang biasa tidak akan mampu mengangkatnya harus penari yang profesional dalam tarian ini. Terciptanya Tarian Reog Ponorogo memiliki cerita yang historis  berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Bujangganong.
Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Maka terciptalah reog ponorogo.
Ada 5 komponen penari dalam tari Reog Ponorogo, yaitu:
1. Prabu Kelono Sewandono
2. Patih Bujangganong
3. Jathil
4. Warok
5. Pembarong
Tari Gandrung Banyuwangi
tari gandrung banyuwangi
tari gandrung banyuwangi
Tari Gandung ini berasal dari banyuwangi yang menampilkan seorang penari atau dua orang bahkan untuk event besar bisa menampilkan banyak penari seperti terlihat dari gambar diatas. Tari ini dipentaskan ditempat terbuka dan di tonton oleh banyak masyarakat dengan keunikan setiap penari membawa kipas dan bila kipasnya di sentuhkan kepada penonton maka penonton tersebut di ajak menari. Keindahan tari ini membuat sang penari terlihat gemulai dan banyak orang akan senang melihatnya
Tari Wayang Topeng
tari wayang topeng
tari wayang topeng
Tari ini sekarang masih hidup di daerah malang, keunikan tari wayang ini terlihat dari topengnya dan gerakan tari yang di bawakan oleh sang penari, didaerah jawa timur tari wayang juga berkembang di daerah lain seperti di madura dengan sebutan topeng dalang dengan cerita mahabarata. Didaerah Situbondo tepatnya di Kraksaan dan Panarukan  dikenal dengan nama wayang Kerteh, nama ini disesuaikan dengan nama dalang wayang topeng sekitar tahun 1930 yaitu Kartosuwignyo. Topeng Malangan  memakai celana atau lakon Panji ceritanya antara lain, Sayembara Sedolanang, Umbul-umbul Majapura, Baderbang Sisik Kencana, Panji Laras, Walangwati-walang Semirang, Patah Kundonowa Rongso, Adege Kediri, Jenggala Mbangun Candi, dan masih banyak lagi
Tari Jaranan Buto
tari jaranan buto
tari jaranan buto
Tari yang di fungsikan untuk mengiringi acara kitanan di daerah Blitar dan banyuwangi  jawa timur ini patut disimak karena ada karakter buto yang membuat orang berduyun duyun melihat tarian unik ini. Alat yang digunakan untuk melakukan tarian ini adalah berupa jaran atau kuda lumping dengan model buto.
Tari Kuda Lumping
Tari Kuda Lumping
Tari Kuda Lumping
Tarian ini hampir mirip dengan tarian jaranan buto tetapi dilakukan oleh banyak orang dan merupakan ikon daerah jawa timur, seluruh jawa timur masih banyak menggelar acara kuda lumping ketika ada hajatan atau fertival dan acara besar masyarakat.  Kuda lumping lahir sebagai simbolisasi, bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan), dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elit kerajaan, yang memiliki bala tentara. Selain itu, menghadirkan hiburan yang murah meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak.

 http://www.azamku.com/tarian-tradisional-jawa-timur/

JENIS-JENIS TARI TRADISIONAL JAWA TENGAH


1. TARI LANGEN ASMARA
Tari Langen Asmara adalah tari tradisi gaya Surakarta. Tari ini dapat ditijau dari beberapa segi yang dapat diamati misalnya dari segi estetis atau segi historisnya ( sejarah) dan lain-lain. Penulisan penelitian ini lebih memfokuskan pada tari Langen Asmara yang ditinjau dari segi koreografinya. Dalam melakukan pembahasan koreografi yang dikemukakan oleh Soedarsono. Kemudian dalam melakukan penelitian menggunakan metode deskriptif analisisi dengan cara pengumpulan data, sirvey, observasi, wawancara dan studi pustaka. Metode digunakan sebagai cara dalam melakukan penelitian sedangkan konsep dan teori dipakai sebagai pisau analisa dan menganalisa koreogafi tari Langen Asmara. Tari Langen Asmara oleh Sunarno Purwoleleono pada tahun 1993.Tari ini disusun untuk menambah materi tari pasihan gaya surakarta serta guna materi ujian Hartoyo Di Taman Budaya Surakarta. Penari pertama tari Langen Asmara adalah Hartoyo dan Sri Atma Lestari. Bentuk sajian tari Langen Asmara terdiri dari beberapa unsure seperti gerak, rias, busana, pola lantai, iringan ( gendhing beksan). Berdasarkan unsure-unsur bentuk sajian ini, ternyata merypakan penjabaran dari elemen-elemen pada koreogafi menurut konsep koreogafi yang ditemukan oleh Soerdarsono. Melihat struktur sajian dalam tari Langen Asmara, ternyata dapat disimpulkan bahwa tari Langen Asmara digolongkan dalam genre tari pasihan gaya Surakarta. Tari langen Asmara merupakan salah satu komposisi tari pasangan yang bertemakan percintaan dimana dalam tari tidak terdapat konflik. Inilah yang menjadi cirri khas dari tari Langen Asmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu kasih, bersenang-senang. Bentuk sekarnya pun banyak yang dilakukan secara bersamaan dan memiliki makna tertentu untuk penggambaran suasana dan maksud. Pemakaian bentuk sanggul kadal menek merupakan daya tarik tersendiri pada tari Langen Asmara selain penerapan pola geraj penggabungan gerak gaya surakarta dengan gaya Yogyakarta. Tema dan amanat yang ditampilkan mudah dimengerti karena penampilanya diwujudkan melalui gerak tari dan garapan pola lantai yang dimemiliki kekhasan sebagai tari pasihan. Tari Langen Asmara diharapkan mampu memberikan motivasi untuk penciptaan
jenis karya ajar yang bertema pasihan serta diharapkan untuk selalu dipakai sebagai bahan ajar dalam kampus ISI Surakarta Fakultas Seni.


2. TARI DRIASMARA

Tari driasmara merupakan salah satu bentuk tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri, tari driasmara bertemakan langen asmara atau percintaan antara Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1976. Tahun1980 tari ini disusun kembali oleh Wahyu Santosa Prabowo, Nora Kustantina Dewi dibantu oleh Rusini untuk penataran Pamong Kesenian se-Jawa Tengah di PKJT Sasono Mulyo Baluwarti Surakarta. Adegan/tarian untuk Prabu Kelana digarap oleh Sunarno Purwolelana, adegan/tarian panji (alusan) digarap oleh Wahyu Santoso Prabowo, dan untuk adegan Candra Kirana digarap oleh Sunanro Purwolelana. Untuk gendhing pengiringnya digarap oleh Martopangrawit, dan pada perekaman digubah oleh Rahayu Supanggah.
Berangkat dari drama tari yang berjudul Panji Asmara, mengambil cerita panji dengan tokoh Prabu Kelana, Candra Kirana, dan Panji Asmara Bangun, berproses di Sasana Mulyo, adapun penarinya adalah Sunarno Purwolelono sebagai Prabu Kelana, Wahyu Santoso Prabowo sebagai Panji Asmara Bangun dan Utami Retno Asih sebagai Candra Kirananya. Drama tari tersebut dipentaskan di acara pernikahan Sal Mugiyanto. Dari drama tari tersebut dipethil/ diambil adegan Candra Kirana dan Panji Asmara Bangun (adegan pasihan/percintaan antara Candra Kirana dan Panji Asmara), dari adegan tersebut jadilah tari pasihan. Setelah tersusun menjadi tari pasihan tokoh Panji dan Candra Kirana dihilangkan (tidak harus menceritakan Panji Asmara Bangun dan Candra Kirana).
Driasmara berasal dari kata driya yang bearti hati dan asmara yang berarti asmara, driasmara dimaksudkan hati yang sedang dilanda asmara. Rasa yang muncul/ terkandung dari tariDriasmara yaitu romantis, penuh kasih, saling mengasihi satu sama lain, cinta kasih. Tari driasmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, melambangkan suatu hubungan percintaan antara dua orang yang berlawanan jenis. Pada dasarnya tari ini menggambarakan bermacam-macam perasaan manusia yang terlibat dalam suatu percintaan. Sebagai contoh perasaan sayang, kangen selalu ingin bertemu dan bersama dengan kekasihnya serta tidak ingin membaginya dengan orang lain. Rasa kangen dan penggambaraan kerinduan yang mendalam pada tokoh wanita dirasakan pada gendhing kinanthi sandhung. Rasa damai dan tenteram dirasakan pada gendhing sekar macapat mijjil. Kebar memunculkan rasa senang dan mesra yang menggambarkan sepasang kekasih yang bercinta.


3. Tari Bambangan Cakil
 Tari Bambang Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Tarian ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.
Tari Bambangan Cakil

Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa. Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas.
Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga. Perang antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang.
Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.

4. TARI SERIMPI
SEJARAH TARI SERIMPI
Serimpi sama artinya dengan bilangan empat. Kata Srimpi menurut bahasa jawa artinya "impi atau mimpi". Tarian Serimpi merupakan tarian yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini ditarikan oleh 4 orang putri yang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan dari sang penari yang lambat dan gemulai adalah ciri khas dari tarian Serimpi Yogyakarta. Dari ke 4 putri tersebut, masing-masing melambangkan unsur dunia, yaitu : grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Hal dimaksud melambangkan asal usul terjadinya manusia dan juga melambangkan 4 penjuru mata angin. Pada dasarnya tari Serimpi ini mengambarkan sifat baik dan sifat buruk. Manusia diajarkan untuk selalu berbuat baik sebagai bekal menghadap Sang Pencipta. Dari ke 4 putri tersebut masing-masing mempunyai nama yaitu : Batak, Gulu, Dhada dan Buncit.

Legenda Tari Serimpi muncul pertama kali di masa kejayaan Kerajaan Mataram yang diperintah oleh Sultan Agung (1613-1646). Tarian ini hanya dipentaskan dalam lingkungan kraton sebagai acara ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan. Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta pada tahun 1775.

Di Kesultanan Yogyakarta, tarian Serimpi digolongkan menjadi 3 yaitu Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Di Kesultanan Surakarta, tarian Serimpi digolongkan menjadi 2 yaitu Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan.




Macam-macam tari Serimpi :
1. Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.

2. Tari Serimpi Padhelori
Diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari Menak, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.

3. Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.

4. Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.

5. Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari Angling Darmo yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.

6. Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari.

7. Tari Serimpi Sangopati
Tarian ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi Sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata sang apati, sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian (dari arti Sangopati) diperuntukan kepada Belanda.

8. Tari Serimpi Anglirmendhung
Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV tarian ini dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja.

9. Tari Serimpi Ludira Madu
Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.Tarian ini diciptakan untuk mengenang ibunda tercinta yang masih keturunan Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam tarian ini digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil dari makna Ludira Madura yang berarti "Darah/ keturunan Madura".

5. Tari Sintren
Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono.Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R.Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.

Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara SulasihdanR.Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).

 http://makalah-perpustakaan.blogspot.co.id/2013/04/jenis-jenis-tari-tradisional-jawa-tengah.html